Semuanya tentu pernah dengar, membaca, atau
bahkan pernah memberi label orang lain ‘toxic’. Terus terang, beberapa waktu ini kata ‘toxic’
ini cukup menghantuiku. Membuat aku questioning
myself for some reason (terutama karena apa yang baru saja terjadi pada
diriku). Selain itu, aku juga mempertanyakan, kenapa sih, orang mudah banget
bilang orang lain toxic ?. Akhirnya, aku mulai nyari-nyari artikel yang mungkin
menjawab pertanyaan di otakku, dan ternyata ada suatu artikel yang membahas
jawaban dari pertanyaan yang ada di otakku ini. Artikel yang aku baca cukup
menarik, ternyata, kita gak boleh sembarangan memberi label orang lain toxic
walaupun kita ngerasa orang itu membawa pengaruh buruk ke kita. Mungkin
informasi ini akan bermanfaat buat banyak orang, karena ini jadi reminder buat aku juga juga :).
Kata ‘toxic’ yang artinya racun memang sangat
dekat dengan kita, kita bisa menyimpulkan toxic berarti mematikan dan membahayakan.
Oleh karena itu, term ‘toxic’ ini
sering dikaitkan dengan relationship.
Toxic relationship, yaitu hubungan
yang tidak memberi dampak baik untuk kita bahkan drained us mentally, dan hubungan ini sering di wanti-wanti agar
kita segera tinggalkan. Untuk membangun batas atau boundaries untuk diri kita dari orang-orang yang ‘toxic’ atau simply orang-orang yang tidak membawa
diri kita pada perubahan yang positif memang penting. Tapi sadar gak sih, kalau
melabeli orang dengan kata ‘toxic’ itu harus ekstra hati-hati, karena dampak melabeli seseorang ‘toxic’ itu sangat
besar untuk orang itu. Selain itu, bisa jadi kita tidak tahu faktor apa yang
membuat orang itu menjadi ‘toxic’.
Bisa jadi orang yang kalian labeli ‘toxic’ itu
punya mental illness. Orang yang
depresi atau mengalami gangguan mental tentu tidak bisa memberi positive energy ke orang-orang di
sekitarnya. Kita dengan mudahnya memberi predikat toxic pada orang-orang yang gak bisa memberi positivity dalam suatu hubungan, misal, saat lagi ngobrol sama
teman kita bilang “Orang ini kok bawaannya negatif terus, gak bikin semangat, toxic banget orang ini” atau “Orang ini overhinking banget, gak santai, gak asik
banget. Gak enak deket dia, pengaruh buruk, toxic”.
Padahal bisa jadi dia sedang depresi dan fighting
his/her own battle sehingga dia
gak bisa memberi positivity. Kalau kamu
berharap orang depresi bisa memberi kamu aura positif dan membuat kamu merasa
lebih baik, itu mustahil.
Aku mengutip sebuah quotes dari artikel yang
aku baca ‘When mental health illnesses take hold, rationality goes out the
window. I was toxic, but not to my core’. Intinya orang yang punya mental illness sering berpikir irrational
dan membawa aura negatif, tapi bukan berarti dia ‘ingin’ jadi ‘toxic person’.
Orang yang depresi bukan tidak mau mengerti dan mendengarkan masalah yang
kalian hadapi, tapi mereka cenderung terpaku dengan masalahnya sendiri karena
dia juga sedang berusaha keras keluar dari jurang depresi. Nah, bisa jadi orang
yang kamu labeli ‘toxic’ adalah orang yang sebenarnya sedang membutuhkan
pertolongan kalian untuk memulihkan kesehatan mentalnya. Bayangkan, ketika kamu
melabeli orang-orang yang punya mental
illness ‘toxic’ akan berdampak apa untuk mereka ?. Bukannya mereka malah
bangkit, tapi justru semakin terpuruk alias ngedown dengan label yang kalian berikan.
Terus terang karena aku pernah mengalami anxiety, waktu aku lebih stabil dan bisa
berpikir secara normal, aku sadar banget, betapa irrationalnya cara berpikirku saat itu. Aku kehilangan pertemanan
karena apa yang aku alami (persis banget kayak artikel yang aku baca, ternyata
aku gak sendirian :’( ). Awalnya sedih banget kehilangan pertemanan dan di sisi
lain bersyukur juga karena masih ada teman-teman yang support aku , membantu aku bangkit, dan mengerti apa yang aku
hadapi saat itu (walaupun aku gak bisa ngasih apa-apa ke mereka saat itu even positivity, terima kasih banyak teman-teman yang udah stay
with me, believe in me, dan tahu kalau aku dalam proses menemukan diriku lagi).
Tapi sekarang aku sadar, the decision to
walk out from someone’s life itu wajar-wajar aja. Apalagi kalau kamu merasa
pertemanan itu tidak membuat kamu jadi orang yang berkembang. Aku menghargai
teman-teman yang menjauh dari aku, karena kesehatan mental mereka juga jauh lebih
penting. Tapi jangan dengan mudahnya melabeli orang itu ‘toxic’ karena dia gak
membawa impact positive untuk kamu
saat itu, you just simply don’t meet him/her
at the right time. Bisa jadi orang itu lagi di posisi terbawah hidupnya.
Bisa juga dia punya mental illness,
lagi banyak masalah, dan lain hal yang kalian tidak tahu tentang kehidupannya.
Kalau kalian ketemu orang itu di waktu yang tepat, bisa jadi dia orang yang
jauh berbeda loh. Kalian harus tahu background
orang itu memberikan toxicity ke dalam suatu hubungan karena
apa.
Ingat, dampak memberi predikat ‘toxic’ sangat
besar untuk orang itu. Ketika kalian
melabeli seseorang sebagai ‘toxic person’ dan memberitahukan hal itu ke
orang-orang di sekitar kalian, mereka akan punya stigma negatif sama orang yang
kalian beri label ‘toxic’ itu. Orang-orang akan menjauhi dia begitu aja tanpa
tahu permasalahan hidup yang dia alami yang mendasari dia memberi toxicity ke
orang lain. Kasihan kan, apalagi kalau orang itu sebenarnya butuh mental support dari orang-orang di sekitarnya, tapi karena stigma negatif
ke orang itu, dia justru gak mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan.
Kalau kalian merasa gak nyaman dengan seseorang, just simply walk out of his/her life, jangan melabeli dan
membicarakan hal buruk, karena kamu juga gak tahu apa yang dia alami dan hadapi.
Selain itu, semua orang pasti pernah
melakukan hal-hal yang berbau toxic. Itu juga salah satu alasan aku questioning myself beberapa hari ini.
Bisa jadi dan sudah pasti sih, aku sendiri pernah melakukan hal-hal yang toxic
ke orang lain. Lebih baik kita banyak introspeksi diri kita juga agar tidak
memberikan toxicity ke orang lain. Karena
kita semua punya possibility
berperilaku dan memberi dampak buruk ke orang lain tanpa kita sadari. Ingat, no one is perfect, semua orang melakukan
kesalahan dan berproses dalam hidupnya.
Link artikel yang menjawab pertanyaanku, my inspiration article’s link : https://metro.co.uk/2019/01/01/be-careful-who-you-label-toxic-they-may-be-a-friend-in-need-8298618/